5 Hal yang Sering Diabaikan Ketika
Berwudhu
Selain memenuhi Fardhunya
wudhu, seseorang biasanya menyempurnakan wudhunya dengan menjalankan kesunnahan
wudhu. Namun demikian, seringkali seseorang melewatkan beberapa tindakan sunnah
karena menganggapnya sebagai sesuatu yang sepele. Padahal, jikalau dilakukan
akan menambah nilai wudhu itu sendiri.
Ada lima kesunnahan wudhu yang sering diabaikan; Pertama, membaca basmallah. Nampaknya kelalaian membaca basmallah sebelum berwudhu bukanlah hal yang baru. Rasulullah saw sendiri pernah mengingatkan sahabatnya untuk membaca basmallah ketika hendak berwudhu, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits
Ada lima kesunnahan wudhu yang sering diabaikan; Pertama, membaca basmallah. Nampaknya kelalaian membaca basmallah sebelum berwudhu bukanlah hal yang baru. Rasulullah saw sendiri pernah mengingatkan sahabatnya untuk membaca basmallah ketika hendak berwudhu, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits
Dengan demikian bacaan basmallah
dalam wudhu hukumnya sunnah muakkad. Bahkan Imam Ahmad menyatakan bahwa membaca
basmillah untuk berwudhu hukumnya wajib. Barang siapa yang lupa membaca
bismillah, maka hendaknya menyusulinya ketika teringat kembali. Sebagaimana
seseorang lupa membaca basmillah ketika hendak makan. Walaupun melewatkan
membaca bismillah tidak mengugurkan kesahihan berwudhu, tetapi meninggalkan
basmallah ketika berwudhu mengurangi nilai wudhu itu sendiri. Sebuah hadits
menerangkan:
Barang siapa berwudhu dengan membaca
basmallah maka sucilah seluruh anggota badannya. Dan barang siapa berwudhu
tanpa membaca basmallah maka suci anggota wudhunya saja.
Kedua, membasuh kedua telapak tangan dahulu sebelum memulai berwudhu, karena telapak tangan adalah tempat memindahkan air ke anggota-angota wudhu. Jadi kesuciannya harus diutamakan terlebih dahulu. Terutama ketika baru bangun tidur, karena ketika tidur tidak seorang pun tahu kemana tangannya di arahkan dan najis apapula yang telah menempelinya. Hadits Rasulullah saw menjelaskan:
Kedua, membasuh kedua telapak tangan dahulu sebelum memulai berwudhu, karena telapak tangan adalah tempat memindahkan air ke anggota-angota wudhu. Jadi kesuciannya harus diutamakan terlebih dahulu. Terutama ketika baru bangun tidur, karena ketika tidur tidak seorang pun tahu kemana tangannya di arahkan dan najis apapula yang telah menempelinya. Hadits Rasulullah saw menjelaskan:
Apa bila seseorang bangun tidur,
maka hendaklah membasuh kedua tangannya tiga kali terlebih dahulu seselum
mengambil air wudhu. Karena sesungguhnya ia tidak tahu kemana tangan tersebut
ia letakkan waktu ia tidur.
Ketiga, memulai dengan berkumur dan
menghisap air dengan hidung (istinsyaq) sebelum membasuh wajah dengan
bersungguh-sungguh, ketika sedang tidak berpuasa. Makna bersungguh-sungguh dalam
berkumur adalah mengelilingkan air pada seluruh mulutnya dan bersungguh-sungguh
dalam beristinsyaq adalah menghirup air hingga pangkal hidung.
Keempat, diantara sunnah-sunnah
wudhu adalah menyela-nyela janggut (jenggot) yang tebal dengan air sehingga sampai
ke bagian dalam. Sebagaimana cara wudhu yang dipraktikkan Rasulullah saw yang
tergambar dalam haditsnya:
Bahwasannya Rasulullah saw ketika
berwudhu selalu menyela-nyela janggut dengan jari-jemarinya dari arah bawah.
Dan kelima, menyela-nyela
jari-jemari tangan dan kaki. Hal ini sebagai penjagaan jikalau terdapat kotoran
atau najis yang terselip diantara jari-jari. Demikian pula yang dilakukan dan
diperintahkan Rasulullah saw:
Apabila kamu berwudhu maka
sela-selailah jari-jemari kedua tangan dan kakimu
Adapun kesunnahan yang lainnya
seperti mendahulukan anggota yang kanan, mengulangi tindakan wudhu sebanyak
tiga kali dan menggosok-gosok anggota wudhu jarang sekali terlupakan, sehingga
banyak orang yang tidak mengerti menganggapnya sebagai fardhunya wudhu. Padahal
fardhunya wudhu itu hanya ada enam perkara; 1) niat dengan membasuh muka. 2)
membasuh muka. 3) membasuh kedua tangan sampai dengan kedua siku. 4) mengusap
sebagian kepala. 5) membasuh kedua kaki sampai dengan kedua mata kaki. 6) urut
sesuai apa yang telah tersebut di atas dari pertama sampai keenam.
Ragu dalam Berwudlu
Manusia identik dengan lupa.
Begitulah kira-kira penafsiran al-insan mahallul khota’ wan nisyan. Lupa
bisa mendatangkan berkah, tetapi juga bisa memanggil musibah.
Lupa minum dalam puasa dalah berkah,
tetapi lupa minum racun tikus adalah musibah.
Begitu dekatnya lupa dalam kehidupan
manusia, sehingga fiqih pun mementingkan untuk membahasnya sendiri. Hanya saja
tema besar yang digunakan adalah keragu-raguan yang sejatinya lahir dari
kelupaan. Diantara keraguan yang sering terjadi adalah keraguan dalam wudlu.
Jika seseorang mengalami keraguan
setelah dirinya berwudlu. Apakah dirinya sudah batal ataukah masih suci? Maka
hukumnya dikembalikan pada keyakinan bahwa ia telah wudhu. Sebagaimana
dituliskan oleh Muslim Bin Muhammad Ad-Dusiri dalam kitabnya Al-Mumti’ Fi
Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah
Apabila ada seseorang yang yakin
bahwa dia telah berwudlu’, lalu ragu-ragu apakah dia sudah batal ataukah belum?
maka dia tidak wajib berwudlu’ lagi, karena yang ia yakini adalah sudah
berwudlu’, sedangkan batalnya masih diragukan.
Begitu juga ketika seseorang yang
telah batal wudlu dan ragu apakah ia sudah wudlu kembali atau belum? Maka yang
dijadikan pedoman adalah keyakinanya yang telah batal.
Dan begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang yakin bahwa dia telah batal wudlunya, tetapi dia ragu-ragu apakah dia
sudah berwudlu’ kembali ataukah belum? Maka dia wajib berwudlu’ kembali (jika
akan menjalankan shalat atau ibadah lain yang syaratnya adalah dengan
berwudlu’) karena dalam masalah ini yang yakin adalah batalnya wudlu’.
Demikianlah masalah keraguan yang sering menimpa umat yang
sering berwudhu.
http://www.nu.or.id
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.